News & Article
Menggali Dinamika Kebebasan, Pemberontakan, dan Cinta yang Hidup di Jalanan pada Film Ali Topan
Film Ali Topan kembali menyegarkan ingatan kita tentang sosok anak jalanan yang hidup dengan kebebasan yang tak terkekang oleh aturan, namun di sisi lain, ia juga terjerat oleh kompleksitas kehidupan. Di bawah arahan Sidharta Tata, Ali Topan tidak hanya membawa kembali cerita klasik dari novel karya Teguh Esha, tetapi juga memperkenalkan karakter ini kepada generasi Z, dengan semangat perlawanan yang terus membara. Seperti layaknya “layang-layang putus yang berjuang melawan angin”, Ali Topan adalah simbol pemberontakan yang tak mau tunduk pada kenyataan.
Ali Topan, yang diperankan oleh Jefri Nichol, bukan hanya anak jalanan biasa. Ia dan teman-temannya dari Warung Seni di Blok M memperjuangkan nasib mereka yang tertindas, mereka yang hidup di luar sistem yang mapan. Keterlibatan mereka dalam aksi-aksi sosial, menggelar konser amal untuk kaum tertindas, memperlihatkan bahwa suara anak jalanan ini tak sekadar untuk dirinya sendiri. Seperti api yang menyala dalam kegelapan, Ali Topan menghidupkan suara-suara kaum kecil yang kerap dibungkam oleh kekuasaan.
Di tengah perjuangannya, Ali bertemu dengan Anna Karenina (Lutesha), anak pengusaha kaya yang hidup dalam sangkar emas. Keduanya jatuh cinta, dan cinta mereka ibarat air yang menemukan jalan di sela-sela bebatuan. Namun, hubungan mereka tak mudah. Ali dianggap preman pasar, sedangkan Anna adalah simbol kemapanan. Layaknya romansa Romeo dan Juliet versi jalanan, cinta mereka terhalang oleh perbedaan kelas sosial dan kekuasaan, namun tetap tumbuh di antara kerasnya dunia yang mengelilingi mereka.
Pertemuan mereka mengantarkan Anna pada perjalanan pencarian kakaknya, Ika (Widika Sidmore), yang melarikan diri dari tekanan keluarga. Kisah ini membawa penonton pada sebuah road trip yang tak hanya menyusuri jalan, tetapi juga kenyataan pahit tentang ketidakadilan yang terjadi di pelosok negeri. Bagaikan setetes embun di atas daun kering, perjalanan ini menyadarkan Anna tentang betapa rapuhnya hidup mereka yang tertindas oleh keserakahan.
Ali Topan dan Anna terus berjuang, meski jalan di depan mereka penuh duri. Dengan setiap langkah, Anna belajar dari Ali tentang kehidupan di luar sistem yang mengekangnya. Tak hanya sekadar kisah cinta, film ini menggambarkan bagaimana kebebasan dan pemberontakan bisa berjalan berdampingan, seiring dengan cinta yang mereka perjuangkan. Anna tak lagi melihat dunia dari balik kaca istana, melainkan dari tanah yang dipijak rakyat jelata.
Namun, film Ali Topan tak selalu mulus dalam menyampaikan ceritanya. Konflik persahabatan antara Ali dan Bobby (Omara Esteghlal) terasa kurang digali secara emosional. Begitu pula dengan pencarian kakak Anna yang tiba-tiba selesai tanpa proses yang mendalam. Meskipun demikian, film ini tetap berhasil menonjolkan semangat anak muda yang tak gentar melawan ketidakadilan, meski langit terlihat mendung dan badai siap melanda.
Sidharta Tata berusaha mempertahankan esensi karakter Ali Topan sambil menambahkan relevansi baru yang dekat dengan generasi saat ini. Lagu-lagu indie yang mengiringi perjalanan Ali dan Anna memperkuat citra mereka sebagai “anak skena”, sosok yang menolak tunduk pada aturan yang menindas. Selain itu, musik-musik indie yang dibawakan oleh MORFEM, Grrl Gang, Bangkutaman, The SIGIT dan band lainnya dalam film ini adalah napas dari perlawanan mereka terhadap sistem yang mapan.
Akting Jefri Nichol sebagai Ali Topan dan Lutesha sebagai Anna juga patut diacungi jempol. Chemistry mereka membuat romansa di antara keduanya terasa hidup, meskipun dunia di sekitar mereka terus berusaha memisahkan. Mereka seperti burung yang terbang bebas di langit yang penuh badai, terus melawan meskipun angin datang dari segala arah.
Akhirnya, Ali Topan bukan hanya sekadar film percintaan anak muda yang mendayu-dayu. Ini adalah sebuah cermin dari kehidupan jalanan yang penuh gejolak, di mana kebebasan diperjuangkan dan ketidakadilan dilawan. Meski tak sempurna, film ini adalah perwujudan dari semangat generasi yang tak mau diam saat dunia berusaha mengikat sayap mereka.
Dengan durasi hampir dua jam, Ali Topan adalah kisah tentang perjuangan hidup, kebebasan, cinta, dan pemberontakan. Film ini mengingatkan kita bahwa di setiap jalan yang dilalui, selalu ada harapan bagi mereka yang berani bermimpi dan melawan, karena “setiap langkah kecil adalah awal dari perjalanan panjang menuju kebebasan. Dan itu semua lahir dari puing-puing kendali”.*** (Muhammad Abyan Dafi)